Sebelum
menjawab pertanyaan di atas saya ingin berterimaksih kepada Bpk. Baddrudin
karena telah memberikan kepada kita pertanyaan seperti diatas, kenapa? Karena ini
penting di tanyakan kepada kita untuk memperjelas “Kenapa to kita beragama Islam? Apa sih
Alasan kita? Apakah hanya karena kita dilahirkan dalam keluarga muslim? Atau
alasan lainnya? Atau jangan – jangan
kita tidak tau kenapa kita beragama Islam?”, Apapun jawaban kita dapat
mencerminkan kesungguhan kita dalam memeluk agama Islam, sungguh-sungguh
didasari keyakinan yang kuat atau hanya sekedar pada perasaan hati nurani
belaka.
Alasan 1 : Karena
Keturunan, inilah alasan yang mungkin mayoritas.Dan kita patut bersyukur telah
dilahirkan dari keluarga muslim. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar
kita umat islam di indonesia khususnya, yang ber-Islam karena faktor keturunan.
Apa buktinya? InsyaaLlah umat islam
sudah tau…
Dengan
melihat situasi dan kondisi umat islam saat ini yang semakin jauh dari Islam
itu sendiri.
Jika
alasan kita ber-Islam(beriman) hanya karena faktor Keturunan saja ini sangat
berbahaya, rapuh serta tidak aman. Karena perasaan hati kita akan kabur yaitu
dapat menambah-nambahi apa yang diimani dengan sesuatu yang tidak ada
hakikatnya atau ketidakjelasan tujuan hidup,dan larut dalam keindahan duniawi
yang menipu.
Maka dari itu sebenarnya Islam Mewajibkan setiap Muslim menjadikan imannya muncul cari proses berfikir, meneliti, dan memperhatikan tentang Kehidupan, Alam Semesta, dan Manusia.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal”(TQS. Ali ‘Imran (3):190)
“(Dan) Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah diciptakan-Nya langit dan bumi dan berlain-lainannya bahasa dan warna kulitmu” (TQS. Ar-Rum(30):22)
“ Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?” (TQS. Al-Ghasyiyah(88):17-20)
“ Hendaklah manusia memperhatikan dari apa ia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang memancar, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dengan tulang dada perempuan “
(TQS. At-Thariq(86):5-7)
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi. Silih bergantinya malam dan siang.
Berlayarnya bahtera di laut yang membawa apa yang berguna bagi manusia. Dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah
matinya (kering). Dan Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan. Dan pengisaran air dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi. Sesungguhnya (semua itu) terdapat
tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(TQS. Al Baqarah(2):164 )
Banyak lagi ayat
serupa lainnya, yang mengajak kita untuk memperhatikan benda-benda alam dengan
saksama, dan melihat apa yang ada di sekeliling kita maupun yang berhubungan
dengan keberadaan kita itu sendiri. Ajakan itu untuk dijadikan petunjuk akan
adanya Pencipta yang Maha Pengatur, sehingga iman kita kepada Allah SWT menjadi
iman yang mantap, yang berakar pada akal dan bukti yang nyata.
Alasan
2: Karena Islam adalah satu
satunya Agama yang benar dan dapat dibuktikan kebenarannya.
“ Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, Mencukupkan bagi kalian nikmat-Ku, dan meridhai Islam sebagai agama kalian “(TQS. Al Maidah(5):3)
Keberadaan Allah, Kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan Kebenaran Al-Quran sebagai kalamullah dapat dibuktikan.
Buktinya?..
Islam menjawab di balik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Al-Khaliq (Sang pencipta) yang mengadakan itu semua itu dari ketiadaan. Al-Khaliq itu bersifat azali (tidak berawal dan tidak berakhir) dan wajib al-wujud (wajib/pasti adanya). Ia bukan makhluk, karena sifatnya sebagai Sang Pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukanlah makhluk.
Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya Pencipta adalah,
Didunia ini terdapat tiga unsur yang dapat dijangkau oleh akal yaitu : Manusia, Alam Semesta, dan Kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas, lemah, serba kurang dan tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya manusia, Ia terbatas karena tumbuh dan berkembang bergantung pada sesuatu yang lain . Kehidupan juga terbatas, penampakannya bersifat individu yang mempunyai batas kehidupan. Alam semesta juga terbatas, Alam semesta merupakan himpunan benda – benda yang memiliki keterbatasan.
Pertama : Ia diciptakan oleh yang lain. Kemungkinan ini adalah kemungkinan yang bathil, tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, bila benar demikian, tentu Ia bersifat terbatas.
“ Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, Mencukupkan bagi kalian nikmat-Ku, dan meridhai Islam sebagai agama kalian “(TQS. Al Maidah(5):3)
Keberadaan Allah, Kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan Kebenaran Al-Quran sebagai kalamullah dapat dibuktikan.
Buktinya?..
Islam menjawab di balik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Al-Khaliq (Sang pencipta) yang mengadakan itu semua itu dari ketiadaan. Al-Khaliq itu bersifat azali (tidak berawal dan tidak berakhir) dan wajib al-wujud (wajib/pasti adanya). Ia bukan makhluk, karena sifatnya sebagai Sang Pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukanlah makhluk.
Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya Pencipta adalah,
Didunia ini terdapat tiga unsur yang dapat dijangkau oleh akal yaitu : Manusia, Alam Semesta, dan Kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas, lemah, serba kurang dan tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya manusia, Ia terbatas karena tumbuh dan berkembang bergantung pada sesuatu yang lain . Kehidupan juga terbatas, penampakannya bersifat individu yang mempunyai batas kehidupan. Alam semesta juga terbatas, Alam semesta merupakan himpunan benda – benda yang memiliki keterbatasan.
Dengan
demikian segala yang terbatas pasti diciptakan oleh “sesuatu yang lain”.
“Sesuatu yang lain” inilah yang disebut Al-Khaliq.
Dialah yang menciptakan manusia, kehidupan, dan alam semesta. Nah, dalam
menentukan keberadaan Pencipta ini akan kita dapati tiga kemungkinan.
Pertama : Ia diciptakan oleh yang lain. Kemungkinan ini adalah kemungkinan yang bathil, tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, bila benar demikian, tentu Ia bersifat terbatas.
Kedua
:
Ia menciptakan diri-Nya sendiri. Kemungkinan ini juga bathil, sebab jika demikian berarti Dia sebagai makhluk dan Khaliq pada saat yang bersamaan. Ini jelas tidak dapat diterima.
Ketiga : Ia bersifat azali dan wajibul wujud yaitu Allah SWT, inilah kemungkinan yang benar.
Ketiga : Ia bersifat azali dan wajibul wujud yaitu Allah SWT, inilah kemungkinan yang benar.
Siapa
saja yang mempunyai akal akan mampu membuktikan (hanya dengan adanya
benda-benda yang dapat diinderanya), bahwa di balik benda-benda itu pasti
terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Fakta menunjukkan bahwa
benda-benda itu bersifat serba kurang, sangat lemah, dan saling membutuhkan.
Hal ini menggambarkan segala sesuatu yang ada hanyalah makhluk. Jadi, untuk
membuktikan adanya Al-Khaliq Yang
Maha Pengatur, sebenarnya cukup hanya dengan mengarahkan perhatian manusia
terhadap benda-benda yang ada di alam semesta, fenomena hidup, dan diri manusia
sendiri. Dengan mengamati salah satu planet di alam semesta, atau dengan
merenungi fenomena hidup, atau meneliti salah satu bagian dari diri manusia,
akan kita dapati bukti nyata dan meyakinkan akan adanya Allah SWT.
Adapun
bukti kebutuhan manusia terhadap para Rasul, dapat kita lihat fakta bahwa
manusia adalah makhluk Allah SWT. Dan beragama adalah sesuatu hal yang fitri
pada diri manusia, karena termasuk salah satu naluri yang ada pada manusia.
Dalam fitrahnya, manusia senantiasa mensucikan Penciptanya. Aktivitas inilah
yang dinamakan ibadah, yang berfungsi sebagai tali penghubung antara manusia
dengan Penciptanya. Apabila hubungan ini dibiarkan begitu saja tanpa aturan,
tentu akan menimbulkan kekacauan ibadah. Bahkan dapat menyebabkan terjadinya
penyembahan kepada selain Pencipta. Jadi, harus ada aturan tertentu yang
mengatur hubungan ini dengan peraturan yang benar. Hanya saja, aturan ini tidak
boleh datang dari manusia. Sebab, manusia tidak mampu memahami hakekat Al-Khaliq sehingga dapat meletakkan
aturan antara dirinya dengan Pencipta. Maka, aturan ini harus datang dari Al-Khaliq. Karena aturan ini harus
sampai ke tangan manusia, maka tidak boleh tidak, harus ada para Rasul yang
menyampaiakan Agama Allah ini ke pada umat manusia.
Bukti
lain kebutuhan manusia terhadap para Rasul adalah bahwa pemuasan manusia
terhadap tuntutan gharizah (naluri) serta kebutuhan-kebutuhan jasmani,
adalah keharusan yang sangat diperlukan. Pemuasan semacam ini jika dibiarkan
berjalan tanpa adanya aturan akan mejurus ke arah pemuasan yang salah dan
menyimpang, yang pada gilirannya akan menyebabkan kesengsaraan umat manusia.
Dengan demikian, harus ada aturan yang mengatur setiap naluri dan kebutuhan
jasmani ini. Hanya saja aturan ini tidak boleh datang dari pihak manusia.
Sebab, pemahaman manusia dalam mengatur naluri dan kebutuhan jasmani selalu
berpeluang terjadi perbedaan, perelisihan, pertentangan, dan terpengaruh
lingkungan tempat tinggalnya. Apabila manusia dibiarkan membuat aturan sendiri,
tentu aturan tersebut akan memungkinkan terjadinya perbedaan, perelisihan,
pertentangan, yang justru akan menjerumuskan ke dalam kesengsaraan . Maka
aturan tersebut harus datang dari Allah SWT melalui para Rasul.
Mengenai
bukti bahwa Al-Quran itu datang dari Allah, dapat dilihat dari kenyataan bahwa
Al-Quran adalah sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah
Muhammad SAW. Dalam menentukan darimana asal Al-Quran kita dapatkan tiga
kemungkunan. Pertama, kitab itu
adalah karangan orang Arab. Kedua,
karangan Muhammad SAW. Ketiga,
Berasal dari Allah SWT. Tidak ada kemungkinan selain dari yang tiga ini. Sebab,
Al-Quran adalah berciri khas Arab, baik dari segi bahasa maupun gayanya.
Kemungkinan
Pertama yang mengatakan bahwa Al-Quran adalah karangan orang Arab, tidak dapat
diterima. Sebab, Al-Quran sendiri telah menantang mereka untuk membuat karya
yang serupa.
“Katakanlah:’Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat) menyamainya”(TQS. Hud(11):13)
“Katakanlah:(‘Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkanlah sebuah surat yang menyerupainya” (TQS. Yunus(10):38)
Orang-orang
Arab telah berusaha keras mencobanya akan tetapi tidak berhasil. Hal ini
membuktikan bahwa Al-Quran bukan berasal dari perkataan mereka. Mereka tidak
mampu menghasilkan karya yang serupa, kendati ada tantangan dari Al-Quran dan
mereka telah berusaha menjawab tantangan itu.
Kemungkinan
kedua yang mengatakan bahwa Al-Quran itu karangan Muhammad SAW, juga tidak
dapat diterima oleh akal. Sebab, Muhammad SAW adalah orang Arab juga. Bagaimana
jeniusnya, tetap ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota
dari masyarakat atau bangsanya. Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu
menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila Muhammad (yang juga
termasuk salah seorang dari bangsa Arab) tidak mampu menghasilkan karya yang
serupa. Karena itu, jelas bahwa Al-Quran itu bukan karangannya.
Terlebih
lagi dengan adanya banyak hadist – hadist shahih yang berasal dari Nabi
Muhammad SAW yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Apabila setiap hadist ini
dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al-Quran, maka tidak akan dijumpai
adanya kemiripan dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad SAW, disamping
selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya, dalam waktu yang bersamaan
juga mengeluarkan hadist. Namun ternyata keduanya tetap berbeda dari segi gaya
bahasanya.
Bagaimanapun
kerasnya usaha seseorang untuk menciptakn berbagai macam gaya bahasa dalam
pembicaraannya, tetap saja akan terdapat kemiripan antara gaya yang satu dengan
yang lain, karena merupakan bagian dari ciri khasnya dalam berbicara. Karena
tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al-Quran dan gaya bahasa hadist berarti
Al-Quran itu bukan perkataan Nabi Muhammad SAW. Masing-masing dari keduanya
terdapat perbedaan yang tegas dan jelas.
Itulah sebabnya tidak seorang pun dari bangsa Arab yang (orang yang paling tahu
gaya dan sastra Arab) pernah menuduh bahwa Al-Quran itu perkataan Muhammad SAW,
atau mirip dengan gaya bicaranya
Satu-satunya
tuduhan yang mereka lontarkan adalah bahwa Al-Quran itu disadur Muhammad SAW
dari seorang pemuda Nasrani yang bernama Jabr.Tuduhan
ini telah ditolak keras oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“(Dan) Sesungguhnya Kami mengetahui
mereka berkata: ‘ Bahwasannya Al-Quran itu diajarkan oleh manusia kepadanya
(Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar
kepadanya (adalah) bahasa ‘ajami (non-Arab), sedangkan Al-Quran itu dalam
bahasa arab yang jelas” (TQS. An-Nahl(16):103)
Apabila
telah terbukti bahwa Al-Quran itu bukan karangan bangsa Arab, bukan pula
karangan Muhammad SAW, berarti itu adalah kalamullah,
yang menjadi mukjizat bagi orang yang
membawanya. Dan karena Nabi Muhammad SAW adalah orang yang membawa Al-Quran
(yang merupakan kalamullah dan
syariat Allah, serta tidak ada yang membawa syariat-Nya melainkan para Nabi dan
Rasul) maka berdasarkan dalil aqli
dapat diyakini secara pasti bahwa Muhammad SAW itu adalah seorang Nabi dan
Rasul
Inilah
dalil aqli tentang bukti keberadaan Allah SWT, kerasulan Muhammad SAW, dan
Al-Quran itu merupakan kalamullah.
Pembuktian ini dapat meningkatkan keimanan kita dan kita benar-benar yakin akan
kebenaran Agama Islam.
Itulah alasan saya kenapa saya
beragama islam, kesimpulannya ada dua,
Pertama,
yaitu karena keturunan dan dibarengi dengan proses berfikir , meneliti, dan
memperhatikan tentang Kehidupan, Alam Semesta, dan Manusia. Sehingga iman
kepada Allah SWT menjadi iman
yang mantap, yang berakar pada akal dan bukti yang nyata.
Kedua, Islam adalah satu-satunya Agama yang benar
karena keberadaan Allah, Kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan Kebenaran Al-Quran
sebagai kalamullah dapat
dibuktikan.
YUDHI SBS
Prodi.
Matematika SMT 1
0 komentar:
Posting Komentar