ANIME

ILMU KOMPUTER

MATEMATIC CORNER

ISLAM INSIDE

09 Oktober 2013

Posted by Unknown On 10:25 PM


1. Aslama
Berasal dari kata ‘aslama’ (أَسْلَمَ) yang berarti menyerah (Menyerahkan Diri, pen).

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. 4: 125)

 “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: (QS. 6: 162)

 “Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3: 83)

 “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”
Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tenteram, damai dan tenang (baca: mutma’inah).


2. Salima
Salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai.
Dan kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.Senada dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan islam berasal dari bahasa arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat kepada allah swt. Sehingga manusia di haruskan untuk mematuhi semua perintah allah swt dan menjahui semua larangannya agar hidup kita dalam perlindungannya selamat dan damai dunia maupun akherat.
Sumber : http://ainulbio.wordpress.com/2013/02/21/pengertian-tujuan-dan-sumber-ajaran-islamserta-ruang-lingkupnnya/

3. Sullam (Sullamun, pen)
Artinya adalah tangga. Tangga bermakna bertahap, ini menggambarkan kepada manusia bahwa ajaran Islam memperhatikan apa yang disebut tadarruj (tahapan). Dicontohkan ketika Allah mengharamkan Khomer (minuman keras). Pada saat Islam turun di Mekkah perikehidupan manusianya penuh jahiliyahan (kebodohan) dan kebiasan minum Khomer atau arak sudah menjadi tradisi sedangkan arak tersebut adalah minuman yang merusak akal tetapi Al qur'an tidak langsung mengharamkan sejak awal. Banyak para sahabat nabi ketika itu termasuk Umar bin Khattab r.a suka meminum khomer walaupun sudah berislam. Setelah 13 tahun Rasulullah berdakwah, barulah turun ayat yang mengharamkan khomer dan pada saat itu banyak jalan-jalan di Madinah menjadi sungai khomer.         
Dalam penciptaan bumi Allah melakukannya secara bertahap yaitu dalam 6 masa walaupun sebenarnya Allah hanya sekali saja dapat menciptakan bumi. Hal ini memberikan pelajaran bahwa munculnya sesuatu membutuhkan proses. Begitu pula didalam da'wah Islam yang merupakan kewajiban seorang muslim yang harus disampaikan kepada seluruh manusia yang prosesnya harus tadarruj.     
Dengan begitu orang yang memeluk agama Islam adalah orng yang menaiki tangga menuju ketinggian martabat manusia yang akan mendapatkan kedudukan dihadapan Allah yang sangat tinggi. Ketinggian martabat Islam terletak sejauh mana seorang muslim komitmen terhadap Islam.


Sumber : http://senyumkudakwahku.blogspot.com/2012/03/makna-dinul-islam.html
Posted by Unknown On 9:42 PM
           Sebelum menjawab pertanyaan di atas saya ingin berterimaksih kepada Bpk. Baddrudin karena telah memberikan kepada kita pertanyaan seperti diatas, kenapa? Karena ini penting di tanyakan kepada kita untuk memperjelas “Kenapa to kita beragama Islam? Apa sih Alasan kita? Apakah hanya karena kita dilahirkan dalam keluarga muslim? Atau alasan lainnya?  Atau jangan – jangan kita tidak tau kenapa kita beragama Islam?”, Apapun jawaban kita dapat mencerminkan kesungguhan kita dalam memeluk agama Islam, sungguh-sungguh didasari keyakinan yang kuat atau hanya sekedar pada perasaan hati nurani belaka.    

Alasan 1 : Karena Keturunan, inilah alasan yang mungkin mayoritas.Dan kita patut bersyukur telah dilahirkan dari keluarga muslim. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar kita umat islam di indonesia khususnya, yang ber-Islam karena faktor keturunan. 

Apa buktinya? InsyaaLlah umat islam sudah tau…
Dengan melihat situasi dan kondisi umat islam saat ini yang semakin jauh dari  Islam itu sendiri. 

Jika alasan kita ber-Islam(beriman) hanya karena faktor Keturunan saja ini sangat berbahaya, rapuh serta tidak aman. Karena perasaan hati kita akan kabur yaitu dapat menambah-nambahi apa yang diimani dengan sesuatu yang tidak ada hakikatnya atau ketidakjelasan tujuan hidup,dan larut dalam keindahan duniawi yang menipu. 

 Maka dari itu sebenarnya Islam Mewajibkan setiap Muslim menjadikan imannya muncul cari proses berfikir, meneliti, dan memperhatikan tentang Kehidupan, Alam Semesta, dan Manusia. 

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal”(TQS. Ali ‘Imran (3):190)  

“(Dan) Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah diciptakan-Nya langit dan bumi dan berlain-lainannya bahasa dan warna kulitmu” (TQS. Ar-Rum(30):22) 

“ Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?”  (TQS. Al-Ghasyiyah(88):17-20) 

“ Hendaklah manusia memperhatikan dari  apa ia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang memancar, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dengan tulang dada perempuan “
(TQS. At-Thariq(86):5-7) 

“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi.  Silih bergantinya malam dan siang. Berlayarnya  bahtera  di laut yang  membawa apa yang berguna bagi manusia. Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,  lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah matinya (kering). Dan Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan.  Dan pengisaran air  dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi.  Sesungguhnya (semua itu) terdapat tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(TQS. Al Baqarah(2):164 ) 

          Banyak lagi ayat serupa lainnya, yang mengajak kita untuk memperhatikan benda-benda alam dengan saksama, dan melihat apa yang ada di sekeliling kita maupun yang berhubungan dengan keberadaan kita itu sendiri. Ajakan itu untuk dijadikan petunjuk akan adanya Pencipta yang Maha Pengatur, sehingga iman kita kepada Allah SWT menjadi iman yang mantap, yang berakar pada akal dan bukti yang nyata.    

Alasan 2:         Karena Islam adalah satu satunya Agama yang benar dan dapat dibuktikan kebenarannya. 
  
Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, Mencukupkan bagi kalian nikmat-Ku, dan meridhai Islam sebagai  agama kalian “(TQS. Al Maidah(5):3)    

Keberadaan Allah, Kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan Kebenaran  Al-Quran sebagai kalamullah dapat dibuktikan. 

 Buktinya?..

Islam menjawab di balik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Al-Khaliq (Sang pencipta) yang mengadakan itu semua itu dari ketiadaan. Al-Khaliq itu bersifat azali (tidak berawal dan tidak berakhir) dan wajib al-wujud (wajib/pasti adanya). Ia bukan makhluk, karena sifatnya sebagai Sang Pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukanlah makhluk.

Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya Pencipta adalah, 
Didunia ini terdapat tiga unsur yang dapat dijangkau oleh akal yaitu : Manusia, Alam Semesta, dan Kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas, lemah, serba kurang dan tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya manusia, Ia terbatas karena tumbuh dan berkembang bergantung pada sesuatu yang lain . Kehidupan juga terbatas, penampakannya bersifat individu yang mempunyai batas kehidupan. Alam semesta juga terbatas, Alam semesta merupakan himpunan benda – benda yang memiliki keterbatasan.

Dengan demikian segala yang terbatas pasti diciptakan oleh “sesuatu yang lain”. “Sesuatu yang lain” inilah yang disebut Al-Khaliq. Dialah yang menciptakan manusia, kehidupan, dan alam semesta. Nah, dalam menentukan keberadaan Pencipta ini akan kita dapati tiga kemungkinan. 

Pertama : Ia diciptakan oleh yang lain. Kemungkinan ini adalah kemungkinan yang bathil, tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, bila benar demikian, tentu Ia bersifat terbatas. 
 
Kedua    : Ia menciptakan diri-Nya sendiri. Kemungkinan ini juga bathil, sebab jika demikian berarti Dia sebagai makhluk dan Khaliq pada saat yang  bersamaan. Ini jelas tidak dapat diterima. 

Ketiga   : Ia bersifat azali dan wajibul wujud yaitu Allah SWT, inilah kemungkinan yang  benar. 

Siapa saja yang mempunyai akal akan mampu membuktikan (hanya dengan adanya benda-benda yang dapat diinderanya), bahwa di balik benda-benda itu pasti terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Fakta menunjukkan bahwa benda-benda itu bersifat serba kurang, sangat lemah, dan saling membutuhkan. Hal ini menggambarkan segala sesuatu yang ada hanyalah makhluk. Jadi, untuk membuktikan adanya Al-Khaliq Yang Maha Pengatur, sebenarnya cukup hanya dengan mengarahkan perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada di alam semesta, fenomena hidup, dan diri manusia sendiri. Dengan mengamati salah satu planet di alam semesta, atau dengan merenungi fenomena hidup, atau meneliti salah satu bagian dari diri manusia, akan kita dapati bukti nyata dan meyakinkan akan adanya Allah SWT.

Adapun bukti kebutuhan manusia terhadap para Rasul, dapat kita lihat fakta bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT. Dan beragama adalah sesuatu hal yang fitri pada diri manusia, karena termasuk salah satu naluri yang ada pada manusia. Dalam fitrahnya, manusia senantiasa mensucikan Penciptanya. Aktivitas inilah yang dinamakan ibadah, yang berfungsi sebagai tali penghubung antara manusia dengan Penciptanya. Apabila hubungan ini dibiarkan begitu saja tanpa aturan, tentu akan menimbulkan kekacauan ibadah. Bahkan dapat menyebabkan terjadinya penyembahan kepada selain Pencipta. Jadi, harus ada aturan tertentu yang mengatur hubungan ini dengan peraturan yang benar. Hanya saja, aturan ini tidak boleh datang dari manusia. Sebab, manusia tidak mampu memahami hakekat Al-Khaliq sehingga dapat meletakkan aturan antara dirinya dengan Pencipta. Maka, aturan ini harus datang dari Al-Khaliq. Karena aturan ini harus sampai ke tangan manusia, maka tidak boleh tidak, harus ada para Rasul yang menyampaiakan Agama Allah ini ke pada umat manusia.

Bukti lain kebutuhan manusia terhadap para Rasul adalah bahwa pemuasan manusia terhadap tuntutan gharizah (naluri) serta kebutuhan-kebutuhan jasmani, adalah keharusan yang sangat diperlukan. Pemuasan semacam ini jika dibiarkan berjalan tanpa adanya aturan akan mejurus ke arah pemuasan yang salah dan menyimpang, yang pada gilirannya akan menyebabkan kesengsaraan umat manusia. Dengan demikian, harus ada aturan yang mengatur setiap naluri dan kebutuhan jasmani ini. Hanya saja aturan ini tidak boleh datang dari pihak manusia. Sebab, pemahaman manusia dalam mengatur naluri dan kebutuhan jasmani selalu berpeluang terjadi perbedaan, perelisihan, pertentangan, dan terpengaruh lingkungan tempat tinggalnya. Apabila manusia dibiarkan membuat aturan sendiri, tentu aturan tersebut akan memungkinkan terjadinya perbedaan, perelisihan, pertentangan, yang justru akan menjerumuskan ke dalam kesengsaraan . Maka aturan tersebut harus datang dari Allah SWT melalui para Rasul.

Mengenai bukti bahwa Al-Quran itu datang dari Allah, dapat dilihat dari kenyataan bahwa Al-Quran adalah sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Dalam menentukan darimana asal Al-Quran kita dapatkan tiga kemungkunan. Pertama, kitab itu adalah karangan orang Arab. Kedua, karangan Muhammad SAW. Ketiga, Berasal dari Allah SWT. Tidak ada kemungkinan selain dari yang tiga ini. Sebab, Al-Quran adalah berciri khas Arab, baik dari segi bahasa maupun gayanya.

Kemungkinan Pertama yang mengatakan bahwa Al-Quran adalah karangan orang Arab, tidak dapat diterima. Sebab, Al-Quran sendiri telah menantang mereka untuk membuat karya yang serupa. 

“Katakanlah:’Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat) menyamainya”(TQS. Hud(11):13) 

“Katakanlah:(‘Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkanlah sebuah surat yang menyerupainya” (TQS. Yunus(10):38) 

Orang-orang Arab telah berusaha keras mencobanya akan tetapi tidak berhasil. Hal ini membuktikan bahwa Al-Quran bukan berasal dari perkataan mereka. Mereka tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, kendati ada tantangan dari Al-Quran dan mereka telah berusaha menjawab tantangan itu.

Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa Al-Quran itu karangan Muhammad SAW, juga tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, Muhammad SAW adalah orang Arab juga. Bagaimana jeniusnya, tetap ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari masyarakat atau bangsanya. Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila Muhammad (yang juga termasuk salah seorang dari bangsa Arab) tidak mampu menghasilkan karya yang serupa. Karena itu, jelas bahwa Al-Quran itu bukan karangannya.  

Terlebih lagi dengan adanya banyak hadist – hadist shahih yang berasal dari Nabi Muhammad SAW yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Apabila setiap hadist ini dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al-Quran, maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad SAW, disamping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya, dalam waktu yang bersamaan juga mengeluarkan hadist. Namun ternyata keduanya tetap berbeda dari segi gaya bahasanya.

Bagaimanapun kerasnya usaha seseorang untuk menciptakn berbagai macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap saja akan terdapat kemiripan antara gaya yang satu dengan yang lain, karena merupakan bagian dari ciri khasnya dalam berbicara. Karena tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al-Quran dan gaya bahasa hadist berarti Al-Quran itu bukan perkataan Nabi Muhammad SAW. Masing-masing dari keduanya terdapat perbedaan yang tegas dan  jelas. Itulah sebabnya tidak seorang pun dari bangsa Arab yang (orang yang paling tahu gaya dan sastra Arab) pernah menuduh bahwa Al-Quran itu perkataan Muhammad SAW, atau mirip dengan gaya bicaranya

Satu-satunya tuduhan yang mereka lontarkan adalah bahwa Al-Quran itu disadur Muhammad SAW dari seorang pemuda Nasrani yang bernama Jabr.Tuduhan ini telah ditolak keras oleh Allah SWT dalam firman-Nya: 

“(Dan) Sesungguhnya Kami mengetahui mereka berkata: ‘ Bahwasannya Al-Quran itu diajarkan oleh manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa ‘ajami (non-Arab), sedangkan Al-Quran itu dalam bahasa arab yang jelas” (TQS. An-Nahl(16):103)       

Apabila telah terbukti bahwa Al-Quran itu bukan karangan bangsa Arab, bukan pula karangan Muhammad SAW, berarti itu adalah kalamullah, yang menjadi mukjizat bagi orang yang membawanya. Dan karena Nabi Muhammad SAW adalah orang yang membawa Al-Quran (yang merupakan kalamullah dan syariat Allah, serta tidak ada yang membawa syariat-Nya melainkan para Nabi dan Rasul) maka berdasarkan dalil aqli dapat diyakini secara pasti bahwa Muhammad SAW itu adalah seorang Nabi dan Rasul

Inilah dalil aqli tentang bukti  keberadaan  Allah SWT, kerasulan Muhammad SAW, dan Al-Quran itu merupakan kalamullah. Pembuktian ini dapat meningkatkan keimanan kita dan kita benar-benar yakin akan kebenaran Agama Islam.

Itulah alasan saya kenapa saya beragama islam, kesimpulannya ada dua,
Pertama, yaitu karena keturunan dan dibarengi dengan proses berfikir , meneliti, dan memperhatikan tentang Kehidupan, Alam Semesta, dan Manusia. Sehingga iman  kepada  Allah SWT menjadi iman yang mantap, yang berakar pada akal dan bukti yang nyata. 
           
Kedua, Islam adalah satu-satunya Agama yang benar karena keberadaan Allah, Kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan Kebenaran Al-Quran sebagai kalamullah dapat dibuktikan.  

YUDHI SBS
Prodi. Matematika SMT 1